Pages

Monday, September 29, 2014

Meneropong Pepasir Anugerah.

Dengan nama Allah, ar Rahman, ar Rahim.


Menghitung nikmat?


Nikmat.
Anugerah.
Ya, nikmat itu anugerah.


Nikmat itu, bisa menjadikan manusia bahagia dengan dosa. Nikmat juga bisa menjadikan manusia bangga. Nikmat juga terkadang menjadikan manusia mengangkat hidung tinggi, sombong dengan Pencipta. Itu bagi mereka yang menyalah gunakan nikmat yang Allah amanahkan pada mereka.


Tetapi. Bagi mukmin yang sebenar benarnya. Segala nikmat anugerah Ar Rahman itu digunakan tanpa diper-sia. Digunakan sebagai 'ibadah. Lillah semata. Tidak kira walau amal solih yang manusia anggap kecil nilainya mahupun nikmat menjadi manusia yang telah diiktiraf Allah menjadi 'penjaga bumi' sebagaimana termaktub dalam al Furqon.


Bertanya pada diri yang seringkali mendustai nikmat Allah. Di mana rasa syukurmu sebagai hamba? Di mana bukti syukurmu sebagai hamba? Sejauh mana gigihnya diri mengabdikan diri pada Robbul'Ula? Sebesar apa usaha yang telah dilakukan untuk mengembalikan ke'izzahan deen yang diridhoi Allah ini dengan nikmat anugerah pemberianNya?



Mungkin, wujudnya golongan manusia yang berbahagia dengan nikmat yang cuma di dunia. Dan yang pasti, beruntunglah. Mereka yang bisa merasai nikmat kekal yang paling nikmat. Nikmat berada di taman syurga, bersama cinta dan ridho Allah.


"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, nescaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." 

[An Nahl : 18]


Jika hari ini, saat ini. Kau masih bisa bernafas. Kau masih seorang muslim. Kau juga masih punya ibu, ayah. Kau masih bisa melihat dunia, berbicara dengan sahabatmu, berjalan di bumi. Kau masih bisa makan, minum sekenyangnya, tidur lena bersama mimpi indah. Lalu. Apakah sudah, kau ucapkan syukurmu pada ilah?


[kredit]

Katakan dan lebarkan senyummu. Terima kasih Allah. Alhamdulillah, 'ala kulli ni'mah :)

*Ini adalah peringatan ringkas sebagai entri 'muqoddimah' di tahun angka duakosong satu empat setelah duabelas bulan sudah sang idea terpenjara. Eheh :'>

Wallahu a'lam.